Wahai Wanita, Jangan Mau Diajak Pacaran


Ini karena definisi pacaran antara pria dan wanita itu berbeda. Dan perbedaan ini bisa jadi sangat berbahaya. Bagi wanita pacaran berarti komitmen, komitmen tentang perhatian antara kedua belah pihak. Tetapi bagi pria, pacaran adalah komitmen plus (komitmen +), dan plus-nya ini adalah Hak Untuk Menyentuh (HUM).


Pria pasti akan berargumentasi, apa salahnya dengan menyentuh, toh si wanitanya tidak berkeberatan untuk disentuh. Dan disinilah tricky-nya, bagi wanita sentuhan itu diartikan 90% romantis dan minim nafsu, tetapi bagi seorang pria pasti akan menjadi 10% romantis dan sisanya nafsu belaka. Seorang pria yang diperbolehkan untuk menyentuh, pasti akan berusaha keras untuk memanipulasi wanita, membangkitkan nafsu wanita dan mengubahnya dari yang minim menjadi maxim. Tentu saja pria akan selalu menonjolkan romantisme yang cuman 10% saja itu. Dan kalau sudah kebablasan apa yang terjadi? 90% pria akan melarikan diri.

Wanita mudah saja dimanipulasi pria, padahal kalau terjadi apa-apa, pasti pihak wanitalah yang akan dirugikan. Keperjakaan tidak akan membekas kalau hilang, paling hanya akan tersirat di mata yang jalang dan senyum yang mesum terkulum. Tapi kehilangan keperawanan pasti akan sangat membekas, psikologi maupun fisik. Orang boleh saja bilang apa pentingnya keperawanan, terserah saja masing-masing orang punya pendapat sendiri-sendiri. Yang jelas pihak perempuanlah yang akan rugi, apalagi kalau hamil ditinggal lari. Sukur-sukur kalau tidak bunuh diri.

Mari kita perjelas definisi pacaran jaman sekarang dengan gambar berikut:


Pacaran jaman sekarang seperti biasa akan dimulai dengan sebuah komitmen atau jadian. Tetapi ujung-ujungnya kemungkinan besar akan menjadi kumpul kebo. Apalagi jika pihak pria-nya adalah orang yang sudah terbiasa malang melintang di dunia beginian. Dosa neraka mana mereka akan peduli. Oleh karena itu para wanita, haraplah berhati-hati. Tetapkan definisi pacaran mulai sejak awal secara jelas, dan jangan pernah mau dieksploitasi.

Pacaran jaman sekarang sudah jauh berbeda dengan jaman dulu. Etika berpacaran sudah rusak. Manusia itu terdiri dari lahir-batin-pikir. Dahulu, berpacaran bertujuan untuk menyatukan batin. Jika batin sudah menyatu maka dilanjutkan ke tunangan, yang lebih intens dalam menyatukan batin dan pikiran. Bila sudah mantap maka dilanjutkan ke perkawinan yang merupakan penyempurnaan penyatuan lengkap batin-pikir-lahir (akhirnya). Tetapi di jaman sekarang, berpacaran lebih berorientasi ke penyatuan fisik (nafsu), tanpa melibatkan pikir apalagi batin, karena jelas tanpa berpikir panjang dengan segala konsekuensinya dan jelas menodai kesucian batin. Tak jarang yang putus hubungan begitu saja, setelah bosan dan habis-habisan. Ini jelas perbuatan yang bertolak belakang, sesat, dan akan mendatangkan murka Tuhan. Bila kondisinya seperti ini, maka lembaga yang berwenang, MUI misalnya, tak ada salahnya mengeluarkan fatwa haram. Harus diluruskan kembali bahwa pacaran bertujuan untuk mencari kecocokan sebelum pernikahan. Kecocokan akan membawa ketenangan dan kenyamanan. Dan ketenangan akan membimbing sebuah pasangan menuju hidup yang lebih baik. Catatan: Mencari kecocokan adalah lebih penting daripada mencari yang terbaik atau yang sempurna. Karena terbaik adalah ukuran relatif yang mudah berubah, sedangkan sempurna itu tidak ada dan tidak manusiawi sehingga cenderung menimbulkan kekecewaan.

Jadi wahai para wanita, janganlah mau jika ada yang mengajak pacaran. Lebih baik TTM-an saja. Karena dalam TTM-an, tidak ada yang namanya HUM (hak untuk menyentuh). TTM-anlah saja dan kalau cocok langsung saja menikah, tanpa berlama-lama pacaran yang mendekati zina. Percayalah.

Mohon maaf jika ada salah kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]