Ustad Ceramah Ngawur?


Kemarin waktu ceramah sholat jumat, si ustad khatibnya menceritakan bahwa Rasulullah adalah orang yang pandai berdagang. Sampai di sini semua oke-oke saja. Selanjutnya dia menceritakan bahwa Rasulullah biasa membagi hasil perdagangannya menjadi 3 bagian: 1 bagian untuk disumbangkan ke agama, 1 bagian untuk keperluan pribadi, dan 1 bagian untuk modal dagang. Katanya, dengan demikian Rasulullah bisa menjaga keseimbangan antara keperluan agama, keperluan pribadi, dan keperluan perdagangannya.
Nah, di sini mulai terasa tidak okenya. Mungkin maksud si ustad baik, tapi ceritanya ini mengundang pertanyaan dalam otak saya:
  1. Kalau tujuannya agar modal dagang tidak berkurang, maka harga barang harus dinaikkan menjadi 3 kali lipat. Misal beli barang A harga Rp 1000, maka harus dijual seharga Rp 3000. Seribu untuk agama, seribu untuk pribadi, dan seribu untuk beli barang A lagi. Ini jelas tidak masuk akal. Mana ada barang dijual 3 kali lipat. Pasti tidak akan laku. Jaman sekarang profit margin 50% sudah termasuk hebat luar biasa. Kecuali mungkin barang-barang tertentu yang tidak umum.

  2. Pengeluaran pribadi dipatok 1/3 bagian. Kalau penghasilan kecil, ini masih masuk akal. Lha kalau penghasilannya sebulan 3 M, apa pengeluaran pribadi 1 M. Jelas ini tidak mengajarkan pola hidup sehat yang sederhana.
Kesimpulan saya, si ustad ini mengada-ada. Lalu begitu pulang, saya cari di google tentang hadist ini, dan saya tidak menemukannya sama sekali. Jadi saya semakin yakin kalau si ustad ini mengada-ada. Apa yang dia katakan adalah tidak benar. Kalau yang dia katakan adalah dari pikirannya sendiri, maka dia telah membuat hadist palsu. Kalau dia mendengar dari orang lain, maka berarti dia meneruskan hadist palsu. Yang jelas, dia menyampaikan sesuatu yang dia tidak pahami, dan akibatnya bisa menyesatkan orang lain.

Menurut saya, ustad-ustad seperti ini haruslah diberi peringatan olah pihak yang berwenang, entah siapa saya tidak tahu, mungkin MUI atau lainnya. Saya merasa semakin banyak saja ustad-ustad yang sok pinter ngomong ngawur bahkan terkadang nyerempet-nyerempet cabul hanya sekedar untuk mencari popularitas. Ini sangat memprihatinkan dimana ustad yang seharusnya menjaga akidah Islam, malah sibuk berceramah hanya untuk urusan perut dan mengisi pundi-pundi pribadi. Bagaimana ini…???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]