Simfoni Yang Sumbang

Ibarat musik, seharusnya negara ini bagaikan sebuah orkestra raksasa yang menghasilkan simfoni yang indah.

Tetapi apa kenyataannya?

Negara ini adalah sebuah orkestra yang berantakan.
Yang menghasilkan simfoni yang sumbang.
Dipimpin oleh konduktor yang tidak becus.
Dipenuhi musisi yang asik dengan irama berhala.
Dengan alat musik yang rombeng dan tidak tertala.
Diiringi para penyanyi latar yang kebingungan dan asal bunyi, melengkapi kekacauan.

Dan inilah nada-nada sumbang itu:
  • Wakil yang tak tahu diri(2012). Semua orang juga tahu bahwa seorang wakil seharusnya lebih mendahulukan kepentingan dari yang diwakilinya, dibandingkan dengan kepentingan dirinya sendiri. Terlebih lagi wakil rakyat, yang karena misi idealis yang diembannya, seharusnya bahkan rela mengorbankan kepentingannya demi rakyat, rela mengorbankan hartanya demi rakyat, rela menjadi lebih miskin demi rakyat. Tetapi itu tidak terjadi di negeri ini. Menjadi wakil rakyat dipandang sebagai lapangan kerja yang menggiurkan, rebagai tempat berinvestasi bisnis, sebagai peluang untuk kaya raya menikmati hidup seluas-luasnya, menjadikan rakyat sebagai objek untuk mengeruk keuntungan pribadi. Memang tidak semua wakil rakyat seperti itu, tapi apa artinya segelintir orang dibandingkan dengan satu sistem keseluruhan. Siapapun tahu bahwa politik uang hanya haram di teori, tetapi wajib diprakteknya. Andai saja para wakil rakyat itu tidak digaji besar, tidak diberi fasilitas berlimpah, tidak diberi akses apapun terhadap segala bentuk keuangan dan kekuasaan, pasti jarang orang yang mau berebut menjadi wakil rakyat. Dan orang-orang yang mau menjadi wakil rakyat, pastilah orang-orang yang idealis, yang akan berbuat yang terbaik bagi rakyat. Tidak seperti sekarang ini.
  • Polisi yang asik menyiksa rakyat(2012) (terkadang bahkan sampai membunuh). Padahal tugas polisi adalah melindungi rakyat, polisi pengayom masyarakat katanya. Dalam prakteknya jelas bahwa polisi lebih mengayomi anggotanya sendiri, dibandingkan mengayomi rakyat. Mereka cenderung melindungi korpsnya sendiri dibanding melindungi rakyat. Ini tidak perlu ditutup-tutupi karena memang terlihat jelas. Dalam kenyataannya, pasti dalam hati mereka terbersit perasaan bahwa mereka adalah golongan yang lebih tinggi dari rakyat biasa. Ini jelas terlihat dari sikap arogan mereka, selalu ingin menang sendiri, benar sendiri, sewenang-wenang, sok kuasa, kasar, dan tidak punya hormat sopan santun terhadap rakyat biasa. Ini terlihat dari praktek-praktek penyiksaan yang selalu mereka lakukan dalam interogasi. Memang tidak semua polisi itu bejat, tetapi jelas citra polisi di masyarakat adalah preman, preman berdasi, preman resmi. Ditutup-tutupi seperti apa, atau diberi pencitraan seperti apapun, tetap tidak ada pengaruhnya. Karena bau busuk akan selalu keluar. Selama kebusukan di dalam korps polisi tidak diamputasi, mulai dari keroco sampai ke jenderalnya, maka citra polisi tidak akan pernah menjadi baik. Hampir-hampir tidak ada lagi orang yang percaya kepada profesionalitas kepolisian. Adalah ungkapan umum bahwa: kehilangan ayam lapor polisi bakal kehilangan kambing, kehilangan tape mobil lapor polisi bisa kehilangan mobilnya. Hampir semua orang yang pernah bermasalah dengan polisi akan meng-amin-i hal itu. Dan entah kutukan apa yang terjadi pada negeri ini, sehingga, kelakuan yang sama, arogansi yang sama, berlaku kepada hampir semua instansi pemerintah yang mengaku sebagai abdi masyarakat. Hanya saja kepolisian memang yang paling parah. Demokrasi kita adalah dari rakyat, oleh rakyat, untuk pejabat, dan semua siksaan dan kesalahan adalah untuk rakyat.
  • Keadilan yang rusak(2012). Pencuri sandal diancam hukuman lima tahun, sedangkan koruptor ratusan milyar mendapat hukuman ringan bahkan ada yang tidak sampai setahun. Ini jelas-jelas tidak adil, orang gnblokpun tahu. Tapi apa yang dilakukan para pakar hukum kita yang jenius-jenius itu? Tidak ada tindakan nyata. Bahkan ada yang bilang bahwa sistem hukum di negara ini sudah baik, dan hanya Tuhan yang tahu kenapa bisa ada pelencengan seperti ini. Jelar ini komentar yang bodoh, jelas sistemnya bobrok, masih dibilang baik. Hakim Agung, Jaksa Agung, bahkan Presidenpun diam saja terhadap ketidak adilan ini. Padahal bukankah ini tanggung jawab mereka untuk menjaga keadilan di negeri ini? Apabila ada kesempatan, saya ingin menuntut mereka karena pembiaran terjadinya ketidak adilan di negeri ini, karena ketidak becusan mereka untuk membuat sistem hukum yang benar-benar adil. Neraca keadilan di negeri ini benar-benar sudah rusak kacau balau. Anak timbangan yang seharusnya adalah kebenaran, ditambahi dengan uang dan kekuasaan. Tak jarang bahkan kebenaran disingkirkan, yang ditimbang hanyalah uang dan kekuasaan. Sungguh para penegak keadilan yang seperti itu benar-benar tidak takut panasnya api neraka. Tidak akan ada keadilan selama ada uang yang terlibat di dalamnya, walaupun hanya satu sen. Dan orang-orang yang menerima uang dalam penegakan keadilan pasti kelak akan dibakar di neraka.
  • Melencengnya makna amanah(2012). Hal yang umum bila seseorang mendapat jabatan baru yang lebih baik, akan mengatakan bahwa dia menerima amanah dan merasa berat karenanya. Tetapi itu hanya basa-basi saja yang sama sekali tidak bermutu. Dalam prakteknya, mereka menganggap bahwa amanah itu adalah: bahwa mereka berhak untuk mendapat gaji lebih, penghormatan lebih, menggunakan fasilitas yang disediakan, memanfaatkan segala peluang yang ada untuk meningkatkan taraf hidup, memuaskan semua keinginan, berbuat sesuka apapun selama masih aman. Dan dalam h`l pekerjaan, yang penting mereka telah melaksanakan semua tugas sesuai dengan prosedur, tak peduli apakah hasilnya bermanfaat atau malah membuat mudharat. Mana mereka peduli bahwa amanah artinya adalah "memenuhi apa yang dititipkan atau tanggung jawab yang dibebankan dengan jujur dan lurus". Atau secara singkat amanah berarti beban, bukan rahmat atau rejeki. Tapi yang ada di otak mereka adalah bahwa amanah adalah rejeki atau bertambahnya kenikmatan, dan ini sesat sekali. Di negara yang penuh masalah ini, seorang pemimpin yang amanah tidak akan sempat memikirkan dirinya sendiri, apalagi memperkaya dirinya sendiri. Waktunya akan habis untuk memikirkan dan mengurusi rakyat yang dipimpinnya, mana mungkin dia akan memperkaya diri sementara rakyat yang menjadi amanahnya belum hidup enak. Melihat tingkah para pemimpin dan wakil rakyat di negara ini, jelas hampir semuanya bukan orang yang amanah. Apalagi kalau melihat ulah para pejabat yang sibuk kawin siri dengan artis, mana mungkin dia akan mengurusi rakyat dengan benar, kalau dia sibuk mengurusi syahwatnya. Bahkan sudah jamak kalau para pejabat yang mestinya membantu rakyat, malah mempersulit rakyat. Menjadi raja-raja kecil yang menuntut upeti, memanfaatkan jabatan untuk mengeruk uang rakyat. Benar-benar tidak amanah dan tidak tahu malu. Dan sifat tidak amanah ini menular dengan mudah dan cepat ke orang-orang di bawahnya. Sampai-sampai sering terlihat sopir mobil plat merah yang ugal-ugalan membawa mobil kantor, tidak peduli kalau tingkahnya bisa merusak mobil fasilitas negara, dan membahayakan orang lain. Benar-benar kelakuan yang tidak amanah, dan seperti biasa, hal yang buruk cepat menyebar di masyarakat, sedang hal yang baik susahnya luar biasa.
  • Menghilangnya pemahaman tentang uang haram(2012). Batasan tentang mana uang haram mana uang halal semakin rancu di masyarakat. Orang-orang lebih menekankan kepada apakah uang tersebut aman atau tidak. Orang sudah kurang peduli apakah uang ini halal atau haram, yang penting aman. Kalaupun ada yang masih peduli, maka banyak juga yang mencari pembenaran bahwa uang yang didapat pasti halal, apalagi jika jumlahnya benar. Susah untuk mencari orang yang sungguh-sungguh berusaha untuk mencari tahu apakah uang yang didapatnya halal atau haram. Alasan klasik adalah kebutuhan hidup, hidup itu susah sehingga tidak apa-apa menerima uang abu-abu, yang penting dizakati untuk membersihkan atau minimal mengurangi balaknya. Ini jelas perbuatan membodohi diri sendiri, mencoba menipu Tuhan, sesuatu hal yang mustahil. Dikatakan uang itu haram adalah karena uang itu tidak aman. Di akhirat kelak jelas uang haram pasti tidak akan aman, sedangkan di duniapun juga belum tentu aman. Hanya saja manusia seringkali mudah dibodohi oleh hawa nafsunya sendiri, diperbudak oleh syahwatnya sendiri, dicucuk hidung oleh setan, sehingga otaknya tumpul tidak bisa berpikir panjang. Uang haram adalah uang panas karena akan membawa manusia ke neraka akhirat maupun neraka dunia. Uang haram akan membawa mudharat bagi dirinya sendiri terutama, kemudian bagi keluarganya, dan akhirnya bagi masyarakat luas. Manusia yang sehat dan waras lahir batin tidak akan mau menerima uang yang bukan haknya. Tidak akan mau menerima uang yang didapat dengan jalan yang tidak benar. Karena uang seperti itu sama sekali tidak barokah, bahkan akan membawa balak, mala petaka celaka, dan penyakit baik lahir maupun batin.
  • Budaya dholim(2012). Dholim mempunyai banyak arti termasuk "berlebih-lebihan dan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya". Salah satu contoh sederhana dholim adalah: disenggol balas mencubit, dicubit balas memukul, dipukul balas menembak. Kelakuan dholim biasanya dilakukan oleh orang yang merasa dirinya "lebih" terhadap orang yang dipandangnya "kurang". Budaya ini banyak berkembang di masyarakat kita, baik golongan bawah maupun golongan atas. Budaya ini menjadikan bangsa ini profesionalitasnya dipandang rendah oleh bangsa lain di dunia, karena kelakuannya yang berlebih-lebihan dan tidak objektive, yang menunjukkan rendahnya tingkat kedewasaan suatu bangsa. Bangsa ini harus dididik kembali agar dalam segala hal dapat berkelakuan yang wajar, tidak berlebih-lebihan, apalagi dholim yang menjurus ke kekejaman. Perbuatan dholim atau berlebih-lebihan, pasti akan menimbulkan selisih karma. Selisih karma ini pasti akan dibayar entah di dunia ini, atau di akherat kelak, baik itu karma baik atau pahala, maupun karma buruk atau dosa. Mustahil seseorang yang berbuat dholim akan lepas bebas begitu saja, karena itu adalah suatu hukum alam. Hukum karma adalah hukum kekekalan energi yang berlaku di dunia spiritual, dimana energi maupun karma tidak mungkin hilang begitu saja. Hukum kekekalan energi dan hukum karma adalah termasuk hukum yang menjaga keseimbangan alam, lahir maupun batin. Karena tanpa keseimbangan, maka alam semesta ini sudah lama musnah.
  • Masyarakat yang senang berebut, bukannya antri bergantian(2012). Ini terlihat jelas di jalan-jalan. Orang-orang senang berebut jalan, dan merasa rugi jika memberi jalan orang lain. Tidak peduli jika ulahnya menambah kemacetan. Dan ini diperparah dengan perasaan bahwa itu adalah hal yang normal karena semua orang juga melakukannya. Ini adalah sikap bodoh yang dipelihara, dan karena dipelihara, maka kebodohan akan menjadi nyata, dan benar-benar akan menghasilkan masyarakat yang bodoh.
  • Etika berpacaran yang rusak(2012). Manusia terdiri dari lahir-batin-pikir. Dahulu, berpacaran bertujuan untuk menyatukan batin. Jika batin sudah menyatu maka dilanjutkan ke tunangan, yang lebih intens dalam menyatukan batin + pikiran. Bila sudah mantap maka dilanjutkan ke perkawinan yang merupakan penyempurnaan penyatuan lengkap batin-pikir-lahir (akhirnya). Tetapi di jaman sekarang, berpacaran lebih berorientasi ke penyatuan fisik (nafsu), tanpa melibatkan pikir apalagi batin, karena jelas tanpa berpikir panjang dengan segala konsekuensinya dan jelas menodai kesucian batin. Tak jarang yang putus hubungan begitu saja, setelah bosan dan habis-habisan. Ini jelas perbuatan yang bertolak belakang, sesat, dan akan mendatangkan murka Tuhan. Bila kondisinya seperti ini, maka lembaga yang berwenang, MUI misalnya, tak ada salahnya mengeluarkan fatwa haram. Harus diluruskan kembali bahwa pacaran bertujuan untuk mencari kecocokan sebelum pernikahan. Kecocokan akan membawa ketenangan dan kenyamanan. Dan ketenangan akan membimbing sebuah pasangan menuju hidup yang lebih baik. Catatan: Mencari kecocokan adalah lebih penting daripada mencari yang terbaik atau yang sempurna. Karena terbaik adalah ukuran relatif yang mudah berubah, sedangkan sempurna itu tidak ada dan tidak manusiawi sehingga cenderung menimbulkan kekecewaan.
  • Lunturnya budaya saling menasehati(2012). Sekarang orang menganggap dinasehati sama dengan dimarahi. Padahal manusia adalah tempatnya lupa, sehingga saling menasehati adalah suatu kebajikan agar manusia terjaga dari terjerumus ke kesesatan, dan ini adalah ajaran agama. Tetapi sekarang banyak orang yang merasa selalu benar, dan merasa malu kalau dinasehati, bahkan maunya menasehati terus. Situasi bertambah sulit karena di satu sisi orang semakin sulit dan tidak mau dinasehati, dan di lain sisi orang sudah mulai kehilangan seni menasehati, sehingga nasehat menjadi terkesan kasar dan hanya menjadi pelampiasan amarah belaka. Lunturnya budaya saling menasehati ini membuat keburukan menjadi lebih cepat menyebar tanpa ada mekanisme yang bisa menahannya lagi.
  • Adab memandang mata orang lain yang terlupakan(2012). Tidak jarang orang memandang mata orang lain terus, dan dia mengharapkan (bahkan terkadang menuntut) untuk disapa terlebih dulu. Ini adalah adab yang salah dan sangat tidak sopan. Seseorang yang memandang mata orang lain terlebih dulu, maka dia harus menyapa terlebih dulu. Tetapi orang sekarang sudah tidak ingat adab ini lagi. Banyak orang mentntut untuk disapa terlebih dulu, padahal dia melihat lebih dulu. Mereka menuntut disapa karena alasannya sendiri, antara lain: merasa lebih kaya, lebih terhormat, lebih kuat, lebih tinggi kedudukannya, dan lebih-lebih lainnya termasuk karena merasa lebih tua. Apapun alasannya, maka yang melihat lebih dulu harus menyapa lebih dulu, dan ini adalah satu alasan diantara banyak alasannya: Seseorang melihat orang lain karena dia merasa kenal dengan orang itu, sedangkan yang dilihat belum tentu merasa kenal dengan orang yang melihat, maka disini yang melihat dululah yang harus menyapa lebih dulu karena dia yang ingat lebih dulu. Ini adalah hal yang logis dan sangat normal. Adab memandang mata bukanlah hal yang sederhana karena bisa memicu timbulnya masalah besar. Perlu pemahaman dan aturan tertentu dalam memandang mata seseorang. Memandang mata lawan bicara adalah suatu keharusan, ini untuk menunjukkan perhatian dan rasa hormat. Memandang mata seseorang tanpa tujuan tertentu bisa menyinggung perasaan dan memicu salah paham yang sama sekali tidak penting dan tidak perlu terjadi. Hanya orang bodoh yang senang membuat masalah yang tidak perlu. Dan inilah urutan memandang mata:          _______________________________________________________________                     -<     jahil                usil                 iseng               perhatian                empati     >+
  • Melupakan makna hidup(2012). Dunia semakin lama semakin sibuk. Semakin susah bagi manusia untuk meluangkan sedikit waktunya untuk merenungkan makna dari hidup ini. Bahkan waktu ibadah wajibpun diusahakan seminimal mungkin. Kehidupan yang semakin materialistis menyeret manusia tanpa sadar memasuki pola pikir yang menjauh dari kehidupan spiritualitas. Lupa bahwa manusia sebesar apapun sekuat apapun jika tanpa jiwa (spirit) hanyalah akan menjadi seonggok daging belaka, yang segera akan membusuk menjadi makanan belatung. Bahwa jiwalah yang sejatinya manusia itu, bukan tubuh ini. Bahwa jiwa hidup abadi, sedangkan badan segera akan melemah dan musnah kembali ke alam. Kebanyakan manusia sekarang sibuk mengisi hidupnya dengan bersenang-senang, memanjakan tubuh dan nafsunya. Ada yang lebih baik, yaitu yang sibuk mengisi hidup dengan kegiatan yang mereka anggap "berguna", bekerja keras misalnya. Padahal yang dianggap "berguna" tersebut kemungkinan besar masih dalam taraf memuaskan hawa nafsu juga, tetapi nafsu yang lebih halus, misalnya keinginan untuk dipuji atau diakui orang lain. Jarang ada orang yang benar-benar memikir renungkan tujuan dan makna hidup ini. Kenapa Tuhan membuat hidup ini? Untuk apa sebenarnya manusia diciptakan? Apakah untuk bersenang-senang? Atau untuk saling bermusuhan dan saling membunuh satu sama lain? Apakah hidup akan berhenti untuk dunia saja? Atau hidup ini untuk tujuan akhirat kelak? Setiap manusia bisa jadi mempunyai jawaban yang berbeda tentang makna hidup. Itu wajar karena setiap manusia adalah unique, tidak perlu dipertentangkan. Yang penting adalah bahwa setiap manusia harus mengaktifkan kehidupan spritualnya, merenungkan makna hidup ini. Karena kalau tidak, dia akan terjebak dalam kehidupan materialistis, yang akan merusak dirinya dan merusak lingkungan sekitarnya.


to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Ke Atas]